HARTA KARUN PAK NUR
Alhamdulillaah. Hari Ahad pertama bulan April yang cerah. Musim hujan sepertinya sudah akan berhenti, meskipun terkadang langit mendung. Seusai melaksanakan amalan di pagi hari (jama’ah shalat shuhuh di rumah, dzikir pagi dan senam bersama), lima orang anggota keluarga Pak Nur menyebar dengan aktifitasnya masing-masing.
Berdasar data, jumlah warga negara Indonesia yang terkena virus corona masih bertambah, menjadi seribu lebih. Oleh karena itu, Pak Nur dan Bu Wijayati masih mengajar dari rumah. Anak-anak juga masih belajar di rumah. Pak Nur membuka laptopnya sebentar, mengecek tugas online dari para siswanya di MTs.
Hari semakin siang. Kegiatan rutin di pagi hari sudah selesai. Menyiapkan sarapan, membersihkan lantai rumah, menyapu halaman, mencuci dan menjemur pakaian; semua dilakukan dengan tuntas oleh semua anggota keluarga. Termasuk, Dik Fathimah yang masih duduk di bangku kelas B TKIT.
Akhirnya, sekitar pukul 07.30, semua anggota keluarga berkumpul di ruang tengah. Mereke duduk bersila di atas lantai yang dialasi karpet kecil. Masing-masing memegang piring dan sarapan bersama. Lauk pagi itu adalah tempe goreng, sayur daun singkong dan sambel pecel.
“Nanti, setelah sarapan, kita bermain detektif ya?”, Pak Nur membuka pembicaraan. “Hore…!”, Dik Fathimah yang sudah lama meminta bermain detektif bersorak gembira. Begitu juga dengan Kakak Falihah dan Fathiyyah. Semuanya senang dengan ajakan Pak Nur. “Hari Ahad yang menyenangkan bersama bapak”, batin mereka. Bu Wijayati hanya tersenyum. Berarti hari ini dia bisa beristirahat, karena anak-anak akan bermain bersama sang bapak.
***
Pak Nur dan ketiga anaknya sudah berkumpul di ruang tamu. “Baiklah, kita mulai ya”, Pak Nur mulai mengawali permainan detektifnya. Selanjutnya Pak Nur berbicara sebagai berikut:
“Anak-anakku yang Bapak cintai. Bapak dan ibumu memiliki harta karun yang lumayan banyak. Agar tidak mudah dicari, harta karun ini Bapak tanam di dalam tanah. Nah, pagi ini Bapak ingin memberitahukan pada dirimu bertiga, di mana letak harta karun itu.”
Selanjutnya Pak Nur membagikan kertas tertutup kepada ketiga anaknya. Anaknya yang paling kecil, Dik Fathimah sudah bisa membaca. Jadi, ia tidak khawatir dengan penugasan pagi itu yang memakai tulisan dalam kertas.
“Kertas itu berisi petunjuk di mana letak harta karun yang Bapak tanam. Pesan Bapak, tolong anak-anak bertiga tetap rukun. Jangan pernah sekali-kali bertengkar karena masala harta ya. Harta karun dari Bapak tolong dikelola bertiga, dimusyawarahkan bertiga, bagaimana pembagian dan pemanfaatannya”, Pak Nur melanjutkan ceritanya.
Anak-anak faham semua. Mereka ingin segera membuka kertas pemberian bapaknya. Tapi, mereka masih menunggu arahan dari Pak Nur.
“Sekarang, bacalah kertas itu pelang-pelan ya. Dan dengan petunjuk dari kertas itu, silahkan dicari, di mana harta karun itu Bapak tanam. Selamat berjuang. Man jadda wajada!”, kata Pak Nur sambil mengepalkan tangannya ke atas.
Kakak Falihah bergegas membuka suratnya. Isinya singkat:
____
Kakak Falihah yang Bapak cintai,
Engkau adalah anak pertama,
Berikanlah contoh yang baik untuk adik-adikmu,
Usahakan kalian bertiga rukun selalu.
kunci: di bawah pohon mangga
_____
Sementara itu, Kakak Fathiyyah membaca suratnya di pojok kamar tamu. Ini isi suratnya:
______
Namamu Fathiyyah, agar Engkau selalu berhasil,
Saya berharap, kalian bertiga hidup dengan rukun,
Adikmu sayangilah, kakakmu hormatilah.
kunci: di kebun sayur
_____
Adapun Dik Fathiyyah, membaca pesan dalam kertas dengan perlahan-lahan:
_______
Yang kucintai, anak ketigaku, Fathimah,
Umurmu paling muda, maka hormatilah kakak-kakakmu ya,
Raihlah kebahagiaan di dunia akhirat bersama-sama.
Kunci: di bawah pohon sirsak.
____
Setelah masing-masing membaca isi pesan itu, mereka bersiap menuju tempat masing-masing. Kakak Falihah hendak menuju pohon mangga. Kakak Fathiyyah mau menuju kebun sayur, sedangkan Dik Fathimah mau menuju pohon sirsak. Sesuai dengan kunci yang ada di kertasnya masing-masing.
Baru beberapa meter melangkah, Pak Nur berkata,” Sebentar anak-anakku!”. Anak-anak menghentikan langkahnya. Mereka bingung. “Kakak Falihah mau ke mana ya?”, Tanya Pak Nur. “Ke pohon mangga. Sesuai petunjuk kertas ini”, jawab Kakak Falihah. Begitu juga Kakak Fathiyyah dan Dik Fathimah ditanya oleh Pak Nur.
“Lho, kok tempatnya beda-beda. Kan Bapak hanya menanam harta karun itu di satu lokasi. Nanti bila ketemu, hanya satu yang dapat, yang lainnya tidak dapat harta karun lho”, terang Pak Nur
"Anak-anakku. Inilah contoh godaan harta pada diri kalian masing-masing. Banyak orang bekerja sendiri-sendiri untuk mendapatkan hartanya, dan melupakan saudaranya sendiri. Ingat pesan Bapak ya, tolong kalian bertiga yang rukun. Harta yang ada silahkan dimusyawarahkan. Termasuk dalam mencari harta karun, tolong untuk didiskusikan. Bersatulah! Bukan jalan sendiri-sendiri ya”, Pak Nur meneruskan pesannya yang panjang.
Anak-anak sekarang faham. Mereka harus bersatu untuk mendapatkan harta karun itu. Merek harus bermusyarawah untuk mendiskusikan tiga pesan bapak yang ditulis dalam tiga kertas itu. Akhirnya, mereka bertiga berkumpul di ruang tamu. Sementara itu, Pak Nur meninggalkan mereka untuk melaksanakan shalat Dhuha seperti biasa.
Setelah berdiskusi selama tiga puluh menit, Kakak Falihah menemui bapaknya. “Bapak, kami sudah menemukan tempat harta karun itu”, kata Kakak Falihah. “Di mana sayang?”, Tanya Pak Nur. Kakak Falihah membisikkan sesuatu di telinga Pak Nur. Pak Nur tampak gembira. “Hebat, anak-anakku memang kompak. Itulah manfaat dari musyawarah!”, kata Pak Nur.
Akhirnya, Pak Nur menemui ketiga anaknya di ruang tamu, dan mengajak mereka bertiga untuk mengambil harta karun itu. Tetapi, petualangan pagi itu tidak berakhir sampai di sini. Pak Nur masih menyiapkan tantangan lain di tempat yang akan mereka tuju. Allaahu Akbar!