Seusai
shalat Dhuha, Pak Nur bergegas menemui Bu Wijayati. “Ibu ya, yang mengambil
HP-nya Bapak? Kok Ibu senyum-seyum begitu”, tanya Pak Nur. “Tidak ya,..”, jawab
Bu Wijayati dengan tetap tersenyum. “Tapi Ibu tahu yang mengambilnya, he he..”,
Bu Wijayati menggoda Pak Nur.
“Lho,
kok tahu? Ibu kerja sama dengan anak-anak ya? Karena tadi malam, Bapak main
HP-nya lama?”, Pak Nur curiga. “Bukan Pak…”, jawab Bu Wijayati datar.
“Begini
lho. Tadi ibu mendengar semua interogasi Bapak kepada tiga anak kita. Nah, dari
situ, Ibu tahu siapa yang mengambilnya”, kali ini mimik Wijayati tampak lebih
serius. “Siapa Bu?”, Tanya Pak Nur. Bu Wijayati mendekat ke Pak Nur. Ia
berbisik di telinga Pak Nur.
Agak
lama Bu Wijayati berbisik. Mata Pak Nur mulai berbinar. Ia mengangguk-angguk
tanda faham dengan penjelasan Bu Wijayati. Kali ini, Pak Nur harus mengakui kepiawaian
Bu Wijayati untuk menyelesaikan sebuah persoalan yang ia hadapi. “Terima kasih
ya, Bu, sudah membantu Bapak. Alhamdulillaah”, Pak Nur menutup pembicaraan
dengan istrinya.
Selanjutnya,
Pak Nur memanggil Fathiyyah ke kamarnya. “Maaf ya Kakak, HP Bapak disimpan di
mana ya?”, tanyanya dengan nada pelan dan lembut. Tangannya membelai kepala
Fathiyyah yang berbalut jilbab. Fathiyyah kaget. “Lho, Bapak kok tahu kalau aku
yang mengambil HP?”, tanya Fathiyyah heran.
“Maaf
ya Kakak, Bapak tidak ingin berlama-lama. Mohon HP-nya Bapak dikembalikan ya
sayang”, Pak Nur memohon. “Siap, Pak!”, jawab Fathiyyah dengan senyum sambil
berlari menuju kamarnya. Sebentar kemudian, ia kembali menemui bapaknya. “Ini
ya, Pak, HP-nya. Tadi saya simpan di bawah kasur”, katanya dengan datar.
“Mengapa
HP-nya Bapak Kau ambil, Kakak?”, tanya Pak Nur. Fathiyyah menjawab, “Tidak saya
sambil ya, Pak. Tapi, saya amankan. Habis, Bapak menaruhnya sembarangan sih di
meja tamu. Bila ada pencuri masuk rumah kan, HP-nya mudah ditemukan dan diambil”.
“Oh, begitu ya. Terima kasih ya, Kakak, sudah
mengamankan HP-nya Bapak, he he.”, kata pak Nur tanpa ekspresi marah. Perasaan
Pak Nur lega sekarang.
‘Oh
ya, Pak. Kok Bapak tahu kalau aku yang mengambil HP itu?”, Tanya Fathiyyah
ingin tahu. “Ibu yang memberitahu Bapak. Coba Kau tanya Ibu ya”, jawab Pak Nur.
“Oh ya. Siap Pak. Terima kasih Bapak”.
Fathiyyah
menemui ibunya yang sedang membaca buku di ruang tamu. Ia bertanya bagaimana
ibunya bisa mengetahui bila ia yang mengambil HP milik bapak. Ibunya menjelaskan
dengan pelan-pelan. Fathiyyah heran dan kagum. “Ibu hebat ya!”, Fathiyyah
menyimpulkan.
Bagaimana
Bu Wijayati bisa mengetahui Bahwa Kakak Fathiyyah yang mengambil HP Pak Nur?
Berikut penjelasan dari Bu Wijayati: Perhatikan percakapan antara Pak Nur
dengan Kakak Fathiyyah.
“Iya, semalam
Bapak letakkan di ruang tamu. Terus Bapak ke kamar tidur, lupa tidak dibawa”,
kata Pak Nur. “Maaf ya Pak, saya juga tidak tahu. Tadi setelah Shubuh, saat
menyapu lantai rumah, saya juga tidak melihat HP Bapak di meja tamu”, lanjut
Fathiyyah.
Pak
Nur mengatakan meletakkan HP-nya di ruang tamu. Selanjutnya Kakak Fathiyyah
mengatakan bahwa ia tidak melihat HP milik bapak di meja tamu. Bagaimana
mungkin Kakak Fathiyyah bisa mengetahui bahwa HP Pak Nur diletakkan di meja
tamu, padahal Pak Nur hanya mengatakan di ruang tamu.
Jelaslah,
bahwa Kakak Fathiyyah pasti mengetahui bahwa HP Pak Nur diletakkan di meja
tamu. Maka pasti ia yang mengambil HP itu dari meja tamu. Karena tidak ada
seorangpun yang memberitahu padanya, bahwa HP Pak Nur diletakkan di meja tamu.